Aku sempat kualahan dengan hal ini, pasalnya ini terjadi ketika aku berjumpa dan bertatapan dengannya saja. Tapi, sekarang telah beda. Aku sudah terbiasa dengan hal itu, bahkan “penyakit” itu muncul tak hanya ketika bertatapan dengannya saja. Namun, ia juga muncul, jika seseorang menyebutkan namanya. Baru-baru ini, aku mulai tahu jenis penyakit apa itu. Itu Cinta.
Getaran
itu, merespon membuat rasa bahagia kian tumbuh dihati. Aku mulai menyadari
bahwa aku sering memikirkannya. Aku sudah rutin mencari tahu dimana dia
sekarang, sedang apakah dia, dan apa yang dia lakukan. Dengan spontanpun aku
mulai ingin memiliki nya, sekedar tahu ia punya rasa yang sama saja tak apa.
Itu yang aku ingin. Akal sehat saja, tak tahu kenapa aku bertindak seperti itu.
Hanya hati saja yang dapat memahami “obat” apa yang cocok untuk penawar
penyakit hati ini.
Aku
cerita pada ayah, kuharap ayah dapat membantunya. Selama ini yang kutahu hanya
ia yang dapat menyelesaikan masalahku, masalah bersama finansial, masalah
pengetahuan, tapi baru kali ini aku memiliki masalah hati. Respon ayah hanya
tersenyum, ia kata aku sedang jatuh cinta. Wajar hal itu terjadi, aku sudah
dewasa. Sebentar lagi umur telah memasuki sembilan belas tahun.
Bahkan
ia heran terhadapku, kenapa begitu lama aku merasakan hal ini. Dengan penuh
keheranan ia bercerita mengenai kisahnya dan almarhum ibu ketika remaja dulu.
Ternyata ayah merasakan hal yang seperti ini semenjak ia masih memakai seragam
putih abu-abu, ya, kira-kira umurnya sekitar enam belas tahun. Ia juga
melanjutkan ceritanya yang berbuah manis saat itu, hingga ia dapat meminang
gadis yang ia cinta. Dan lahir lah aku dari buah cinta mereka.
Kuharap
kisah ini tak hanya cinta sesaat, kuharap cinta ini adalah suatu pembelajaran bagiku dari Tuhan. Dalam hal
menghargai dan memahami seseorang. Hanya itu. Selebihnya, mungkin aku bisa
mencarinya sambil mengukur jalan di ibukota yang begitu padat dan semeraut.
Aku
harus dewasa dalam hal ini. Ya. Terutama tidak bersikap egois. Mungkin aku bisa
saja bersikap egois terhadap Ayah dan kehidupanku yang dahulu. Namun, sikap itu
harus ku buang jauh-jauh. Penggantinya adalah sikap saling mengerti. Aku yakin,
ketika aku mengerti apa mau nya. Hal yang sama terjadi, dia mengerti semua mau
ku. Hanya itu. Itulah arti dari sebuah kata “Kedewasaan”.
3 komentar:
wow ~
Dara just falling in love now.hehe
sebenarnya aku pun suka berpikir kenapa terkadang kita harus menemui lawan jenis yang tidak ada hubungan darah apapun dengan kita ,namun disaat dia melihat,tersenyum dan memanggil nama kita terasa indah sekali bahkan terus memenuhi khayalku..
disisi lain aku merasa takut akan perasaanku sendiri.takut kalau perasaan ini akan seperti si pengecap rasa yang pada awalnya memberi rasa manis dan saat aku membiarkan dia terus melaju ke bagian ujung maka ia berganti menjadi pahit.
selalu ku berharap agar Tuhan menyerahkanku pada cinta sejati yang membuatku terus mencintai dan mengingatNya,Rasul-Nya,keluargaku juga dirinya :)
apapun yang dimaksud dengan kedewasaan itu,semoga ia membawa kita menjadi seseorang yang lebih baik dan lebih mengerti makna hidup ini ya Dara :D
:D Makasih pudji atas respon dan komentarnya,..
umur yang terus bertambah menjadikan pola pikir serta hati kita bertambah mengenai sesuatu. Dan itulah yang akan terjadi demikian.
Sering-sering mampir dan komentar di blog daraa ya sayang :D
Respon pudji membantu semangat dara untuk terus menulis.
Posting Komentar