Hari itu tak seperti hari biasanya. Aku dan Ayah dapat duduk
bersama. Kebetulan aku dan ayah tidak memiliki kesibukan masing-masing. Kami
duduk bersama, hal ini terasa begitu langka. Terkadang, aku bertemu ayah hanya tiga atau empat kali dalam
sepekan. Seperti biasa, ketika kami bertemu ayah menanyai bagaimana keadaan
kuliahku, pergaulanku dan apa yang menjadi kesulitanku selama ini.
“Ayah, rindu sekali dengan ibumu. Semua mengenai dia, ayah
rindukan. Perhatiannnya, cara masaknya hingga hal yang sangat kecil yaitu
senyumannya,” ujar ayah menatapku.
Sangat tumben ayah bercerita mengenai ibu, karena ia takut aku akan
bersedih dan sebisa mungkin mengeluarkan air mata untuk sebuah kata merindu.
Namun, hari itu kerinduan itu tampak jelas diwajahnya. Aku hanya terdiam,
berharap ia melanjutkan pembicaraan.
“Adek tau dulu, pertemuan ayah dengan ibumu begitu rumit. Mungkin
lebih rumit dari sinetron cinta fitri yang seasonsnya tidak tamat-tamat, tapi
ayah yakin kalau jodoh tak kemana,” ayah berbicara sambil sesekali bergurau dan
tersenyum.
“Bagaimana ceritanya? Mungkin bisa jadi pelajaran bagi adek,”
lanjutku, yang sangat ingin mendengarkan kisahnya.
Sebelum bercerita, ayah menarik nafas panjang. Mungkin, pahit manis
kenangan bersama ibu akan ia putar untukku sekejab. Ayah bercerita, ayah
bertemu ibu ketika ayah baru memulai mengenyam bangku diperguruan tinggi. Dan
ibu ketika itu baru duduk dibangku SMA. Ayah yang memiliki hobby sama dengan
almarhum abangnya yaitu bermain bola volley memiliki seorang sahabat dekat.
Sahabat dekat itu, tak lain adalah abang kandungnya ibu. Memiliki
hobby yang sama dan sudah sangat akrab. Ayah dan abangnya sering bermain dan
berkunjung ke rumah ibu. Untuk perihal menemui abangnya ibu. Abangnya ibu juga
memperkenalkan ibu kepada mereka. Namun, dibalik pertemuan dan perkenalan.
Ayah
dan abangnya sama-sama memiliki rasa dengan ibu. Abangnya ayah bercerita kepada
ayah bahwa ia menyukai ibu yang tak lain adalah adik dari sahabatnya. Ia
bermaksud akan meminang ibu, ketika ia di terima di salah satu perusahaan besar
di kota Lhokseumawe.
Ketika itu ayah yang juga sudah memiliki rasa kepada ibu, berusaha
untuk mengalah kepada abangnya. Ia membiarkan abangnya berjuang untuk
mendapatkan cinta ibu. Meski semuanya begitu pahit, tapi ia yakin satu hal.
Jika jodoh tidak akan kemana. Pengumuman kerja sang abang ayah pun akan keluar.
Ayah dan abangnya pergi keluar kota untuk melihat pengumuman,
dengan menumpang mobil pick up serabutan milik tetangga. Mereka tidur di bak
bagian belakang mobil, naas nya ketika ada tanjakan tajam abang ayah terhempas
hebat sampai terkena pohon kayu dan meninggal dunia. Padahal ketika itu
pengumuman pekerjaannya dinyatakan lulus bersama dengan abang ibu, yang juga
mengikuti test ditempat kerja yang sama.
Itulah jika Tuhan telah berkehendak. Apapun akan terjadi. Ayah yang
memiliki perasaan cinta yang semakin dalam kepada ibu. Segera menyelesaikan
kuliah dan meminang ibu. Mereka menikah dan setahun kemudian aku lahir sebagai
buah hati yang di anugerahkan tuhan untuk cinta mereka.
“Itulah dia kisah ayah, mungkin bisa menjadi pelajaran bagi kamu.
Bahwa hidup ini penuh dengan misteri. Semua telah diatur dalam suatu skenario
tuhan, kita hanya actor di dalamnya yang akan bermain sesuai skenario yang
telah ditulis,” ayah menutup ceritanya, sembari menarik nafas panjang kembali.
Baginya, kenangan bersama ibu tak akan pernah terlupakan sampai
kapanpun.[]
Note : Tulisan ini ikut serta dalam lomba ngeblog FLP-Aceh, dengan Tema "Pena Kami Tidak Puasa"
Note : Tulisan ini ikut serta dalam lomba ngeblog FLP-Aceh, dengan Tema "Pena Kami Tidak Puasa"
4 komentar:
kereen dara, tetap berkreatifitas ya .. :D
serius Dara meninggalnya kena pohon? tiba-tiba kali jadinya??
Iya bang. Kejadiannya malam, jadi mereka tidur di bak mobil pick up. Pas ada tanjakan, semacam polisi tidur gitu terlempar kencang. Dan kenak pohon. Sempat dibawa lari rumah sakit, tapi meninggalnya di jalan. Iya, tiba-tiba kali kejadiannya memang bang.
jeh
kejadiannya di mana tu?
Posting Komentar