Ramadhan kali
ini, merupakan Ramadhan ke Sembilan aku berpuasa tanpa ibu. Makan sahur apa
adanya, berbuka makan apa yang ada. Jika ingat dulu, aku jadi malu. Ketika
kecil, aku sangat susah dibangunkan sahur oleh ibu. Bahkan, aku senang berpuasa
tanpa sahur, tapi puasaku hanya sampai adzan zuhur saja. Lamban laun, ibu
mengajarkan semuanya. Ia mengajarkanku, untuk tetap bangun sahur, untuk tetap
bersabar hingga waktu berbuka tiba, bahkan ibu sering menjaga puasaku. Dia kecewa
jika aku kecil sering meminta berbuka puasa sebelum waktunya.
Ibu oh ibu. Sudah lama aku tak merasakan Ramadhan dengannya. Kini Ramadhanku hampa, tak ada yang menarik. Bahkan tak ada yang membuat aku menunggu. Saban hari hingga hari fitri tiba aku menghabiskan Ramadhan seorang diri, kuakui aku memang bukan anak kost yang jauh dari orang tua. Tapi, harus kuterima juga aku yang dari dulu hingga kini semenjak ibu pergi menjalani Ramadhan yang kosong.
Ibu oh ibu. Sudah lama aku tak merasakan Ramadhan dengannya. Kini Ramadhanku hampa, tak ada yang menarik. Bahkan tak ada yang membuat aku menunggu. Saban hari hingga hari fitri tiba aku menghabiskan Ramadhan seorang diri, kuakui aku memang bukan anak kost yang jauh dari orang tua. Tapi, harus kuterima juga aku yang dari dulu hingga kini semenjak ibu pergi menjalani Ramadhan yang kosong.
Mana Ayah? Ayah
pergi. Ntahlah kemana. Setiap kali berbuka tak ada dirumah, begitu pula setiap
kali sahur datang. Aku sangat jarang merasakan keharmonisan Ramadhan seperti
keluarga harmonis yang terlihat dilayar kaca televisi.
Ah. Tidaaakk !
Aku hampir
melupakan seseorang, yang selama ini telah berusaha menggubah Ramadhanku
menjadi lebih baik. Meski tak sanggup lagi untuk berpuasa, dia selalu bangun
ketika sahur tiba. Sangat sabar membangunkanku, bahkan ia kerap kali
menghidangkan berbagai hidangan sederhana di meja makan ketika hendak berbuka.
Dia selalu
mengajarkanku untuk tidak mengeluh dengan apa yang sudah di tuliskan Tuhan. Dia
juga berusaha untuk menjadi apa yang aku butuhkan. Menjadi Ayah. Menjadi Ibu.
Menjadi Guru. Bahkan menjadi teman untuk bergurau. Dia ada kapan pun aku butuhkan.
Iya, dia
Nenekku. Nenek yang selalu sabar menemani dan berada didekatku.
Dengan apa harus
aku bayar kesetiaan, kesabaran, kebaikan, kasih sayang serta celotehannya?
Ntahlah, aku hanya berharap Allah akan menempatkannya di tempat yang paling
indah disisi Rabb ku.
Ramadhan kali
ini, aku juga tak berharap lebih dari semuanya. Aku mengerti akan takdir yang
dituliskan Tuhan. Aku tak menangisi kepergian Ibu yang sangat berasa setiap
Ramadhannya. Aku juga tak berharap, ayah yang akan menyediakan waktunya untuk
duduk bersama di meja makan untuk menikmati sahur dan berbuka.
Itu semua tak
berasa lagi. Kini aku sadari, aku punya nenek yang ada disetiap hari. Ramadhan
atau pun bukan. Dia tetap ada. Yang sangat mengharukan bagiku adalah ketika
nenek kini tidak dapat lagi berpuasa, nenek tetap bangun ketika sahur, dan ia
tetap menyiapkan makanan ala kadarnya ketika berbuka puasa. Karena aku yakin,
ia berfikir kalau ia masih memiliki seorang cucu, yang masih sangat
membutuhkannya.
Ramadhan kali
ini? Sangat berasa bahagianya, eum itu semua juga berkat nenek. Nenek selalu
melakukan yang terbaik bagiku. Selalu. Sepertinya dia, Tidak ada waktu tanpa
memikirkan nasibku.
Satu kalimat
berjuta makna untukmu. Terima Kasih Nenek :D
Note : Tulisan ini ikut serta dalam ngeblog bareng FLP Aceh, dengan tema "FLP Mengguncang Ramadhan"
Note : Tulisan ini ikut serta dalam ngeblog bareng FLP Aceh, dengan tema "FLP Mengguncang Ramadhan"
9 komentar:
harus selalu bersyukur apa yang kita nikmati/lakukan sekarang, insyaAllah tuhan punya cara yang terbaik kedepan,keep spirit...!!
Dara kakak terharu bacanya :(
jadi adik kakak ya, adik kk di FLP...
kakak juga ibu sudah lama di panggil Allah dek,
Insya Allah kita ketemu ibu kita di Syurga ya... :D
Helmi : iya,. insyaallah akan terus semangat. Terima kasih kunjungannya ke blog saya.
Kak Laras : Wah, mau sekali kak. Punya kakak seperti kak Laras :) wah, ternyata senasib ya kak.
iya amin, semoga bisa ketemu disurga :D
Kita senasib dara. Perbanyaklah membaca Alquran. Sebab Allah lebih dekat dengan orang-orang yang rajin membaca Alquran..
:D insyaallah, Maksih sarannya bang Aslan. Tetap semangat..
^.^
ooooo ini yang namanya dara hersavira cucu nenek ya...............
heheheheheh
seru masih ada nenek yang selalu setia dengan cucunya
Posting Komentar