Sebenarnya binggung, mau nulis tentang Bireuen lagi. Bukan kehabisan cerita sih. Tapi, karena tidak ada narasumber untuk tulisan aku. Mau itu tentang pendopo, tentang sejarah Bireuen dan atau yang lainnya. Eum, tapi ada satu alasan kenapa aku harus buat lagi season kedua nya mengenai perjalanan kami ke Bireuen kemarin. Alasannya, karena ada seseorang yang penasaran dan ingin tahu cerita tentang 'abang tukang kunci'.
Sepulang dari Bireuen kemarin, ada hal yang benar-benar lupa aku bawa pulang. Hal itu membuat aku teringat-ingat terus. Sampai sepekan sudah berlalu, cerita Bireuen dan 'abang tukang kunci' tetap saja membuat aku terbayang-bayang.
"Ra, yakin gak mau minta no hape atau pin bb nya ? Siapa tau nanti kita butuh untuk narasumber," ujar kak Darashynny, ketika ransel sudah di pundak kami. Hari itu Selasa, abis sholat shubuh kami berniat hendak pulang ke Banda Aceh.
Aku menggelengkan kepala, "Malu kak, kalau dia mau. Dia lah yang tanya duluan," jawabku sembari mengaruk kepala yang nyaris tak gatal sedikit pun.
Aku kira, fikiranku tentang Bireuen akan tersendat disana. Dan tak sedikitpun aku bawa pulang ke Banda Aceh. Ternyata aku salah, aku galau (-_-)
Lagi-lagi aku penasaran mengenai pendopo itu, dan penasaran mengenai seseorang yang ada disana. Tapi, Kak Dara tak pernah luput dari candaannya terhadap 'abang tukang kunci' yang membuat aku 'teu ingat sabee' hahahaa..
Kami jadi sering cerita tentang 'abang tukang kunci' tanpa jejak itu. Dan berencana membuat tulisan dari kisah perjalanan kami ke bireuen. Tak menyangka, cerita itu pelan pelan menjadi luas dan nyata seperti ini.
kalian tau apa? Sekarang, aku lagi BBM an sama 'abang tukang kunci'. Biasa tanya in informasi tentang pendopo dan Bireuen. Hehehee..
Suuuerr, aku gak tau mau cerita apa lagiii... :)
The End !
1 komentar:
Sepertinyaa ada yang berbeda dari kata-kata berikut "Ra, yakin gak mau minta no hape atau pin bb nya ? Siapa tau nanti .......
wkwkwkwkwkkwkwkwkwkkwk :D
Posting Komentar